Latest Posts

Merawat Nama “Kota Cirebon: Kota Wali”

By 1.6.16

Kota Cirebon memang bisa disandingkan dengan nama apa saja, dan itu semua sangat wajar karena kota ini punya “cipta-karya-karsa” yang sangat melimpah.

Saya masih ingat, saat masih sekolah dasar (SDN Jatimerta II), ketika ditanya “Cirebon dikenal dengan kota?”, dengan penuh bangga sebagai putra daerah saya menjawab “Kota Udang”. Beberapa dari teman-teman saya, menjawab dengan jawaban berbeda, “Kota Adipura dan Kota Berintan”. Entah mengapa ibu guru kembali bertanya, “Ada jawaban lain?”. Semua murid diam, entah berapa menit saya lupa pastinya. Dan ujungan kami diberi tahu jika “Kota Cirebon adalah Kota Wali”.

Yah, Cirebon adalah Kota Wali.

Sebelum dari sumber yang lain, saya dapat informasi nama lain kota ini dari beliau,

terima kasih bu..”   



Membaca Ulang, Mengapa “Kota Wali”?

Dalam kaca mata awam, penamaan kota wali tidak lepas dari sosok agung dan mulia Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Karena beliau seorang wali besar, penyebar Agama Islam di bumi Jawa Barat (Cirebon dan Pasundan). Beliau adalah salah satu dari anggota Wali Songo (wali sembilan).

Dalam pandangan subjektif orang Cirebon (berhubungan dengan kepantasan mendapatkan nama Kota Wali), saya melihat peran beliau terhitung lebih besar dibandingkan anggota wali lainnya. Bukan hanya tentang luas wilayah yang dijangkau oleh Sunan Gunung Jati yang mencangkup Jawa bagian barat secara utuh. Tetapi, perlawanan dengan kerajaan besar dengan rajanya “Prabu Siliwangi” menjadi salah satu pertimbangan utama, mengapa lebih hebat peran beliau.

Sejatinya nama “Kota Wali” untuk Kota Cirebon bukan hanya disebabkan satu variabel (keagungan dan kemuliaan Sunan Gunung Jati), tetapi ada variabel lainnya. Terlepas sebagai variabel utama ataupun pendukung. 

Mari kita lihat: 

Pertama, peran besar Wali-Wali Allah di Cirebon pasca Sunan Gunung Jati (Pangeran Panembahan Ratu, Ratu Raja Fatimah, Mbah Muqayyim, dll) yang merawat karya perjuangan beliau (baca: hasil jihad): mereka berada di lingkungan Keraton dan Pesantren. Tanpa ada rawatan oleh tradisi ke-Islaman yanng kuat, nilai pengagungan pada nama “Kota Wali” sepertinya tidak akan kuat sampai sekarang.

Kedua, karya budaya dan tradisi keislaman.


foto milik: mamahtira

Selama ini orang-orang (termasuk budayawan) membaca keluhuran budaya dan tradisi sebagai bagain dari sejarah Cirebon yang hebat. Sehingga tidak ada alasan lain harus dijaga dan dilestarikan.

Berbeda dengan di atas, bagi saya, budaya dan tradisi keislaman Cirebon yang ada sampai sekarang adalah salah satu penyebab (variabel pendukung) mengapa kemudian Cirebon bergelar kota wali.

Ketiga, keberadaan makam wali-wali Allah di Gunung Sembung-Gunung Jati dan 4 keraton.      
  
Bukti kuat (walaupun tetap sebagai variabel pendukung) untuk lebih meyakinkan mengapa Cirebon bernama “Kota Wali” adalah keberadan makam wali-wali Allah di komplek pemakaman raja-raja Cirebon di Gunung Sumbung dan Gunung Jati. Serta masih berdirinya 4 keraton (Kasepuhan, Kanoman, Kacirebonan dan Keprabonan), tempat tinggal keturunan raja-raja Cirebon.   

Kecewa dengan Julukan Cirebon Kota Ti**ng     

Di tengah eksistensi nama “KOTA WALI” tiba-tiba muncul Cirebon “kota tilang”. Ini miris, hanya karena ulah oknum polisi dan pembuat “meme tidak bertanggung jawab”, kemudian rawatan nama baik dari leluhur untuk kota ini tercoreng.

Sebagai luka, apakah ini tergolong luka besar ataupun kecil tergantung orang melihatnya.

Bagi komunitas blogger Cirebon (Rebon), yang sehari-harinya secara intensif mengkampanyekan Cirebon dengan sesuatu yang positif, melihat julukan yang buruk ini adalah sesuatu yang serius.


Digagaslah lomba blog ini, dengan harapan kata “cirebon kota ti**ng” dalam google hilang dengan sendirinya. 

Biarlah, alasan apa yang digunakan komunitas blogger Cirebon, karena bagi saya mereka sedang belajar merawat nama “Kota Wali”.

Sekarang ini mereka sedang merayakan hari jadinya (Milad 3 Komunitas Blogger Cirebon, sedang ada event besar di bulan Mei – Juni 2016). Dengan dukungan dari CSI (tempat investasi yang aman, prospektif, dan menguntungkan), Smartfren (HPnya generasi 4G di Cirebon), dan HotelAston (hotel terbaik di Cirebon dan Indonesia). Semoga terus membawa hal yang positif untuk Kota cirebon.     


google.co.id

liputan6.com
skyscrapercity.com




English version: 

Caring name "Cirebon City: Kota Wali "

Cirebon city can indeed be paired with anything else, and it was all very reasonable because this city has a " cipta-karya-karsa " is very abundant.

I still remember, when I was elementary school (SDN Jatimerta II), when asked " what other names the city of Cirebon?", With pride as my native son answered "Kota Udang". Some of my friends, answered with a different answer, "Kota Adipura and Kota BERINTAN". Somehow the teacher asked, "There's another answer?". All the students silent, who knows how many minutes I forget for sure. And ujungan we are notified if the "City of Cirebon is the Kota Wali".

Well, Cirebon is the City Mayor.

Before from another source, I get another name for the city from him,

"thank you techer.."

Reread, Why "Kota Wali"?

In layman's eye glasses, naming the town guardian can not be separated from the great and noble figure of Sheikh Sharif Hidayatullah or Sunan Gunung Jati. Because he was a great saints, preachers of Islam in West Java Earth (Cirebon and Sundanese). He is one of the members of Wali Songo.

In the subjective view of man of Cirebon, I see a role for him is greater than the other Wali Songo. Not just about the total area covered by Sunan Gunung Jati which covers the western part of Java as a whole, but also resistance to the Great King "Prabu Siliwangi" to be one of the considerations of size, why more hebatanya his role.

Indeed the name “Kota Wali” is not due to one variable (the majesty and glory of Sunan Gunung Jati), but there are other variables. Apart as the main variable or supporters. Let's see: First, a large role Wali-Wali Allah in Cirebon post Sunan Gunung Jati (Prince Panembahan Queen, Queen Raja Fatimah, Mbah Muqayyim, etc.) that take care of the work of his struggles (read: the results of jihad), those in the palace and Pesantren , Without treatment by tradition to Islamization yanng strong, the value of exaltation in the name of “Kota Wali” is unlikely to be strong until now.

Second, the work culture and Islamic tradition.

During this time people (including cultural) read the sublime culture and tradition as any part of the great history of Cirebon. So no other reason must be maintained and preserved.

In contrast to the above, for me, the culture and Islamic tradition hitherto existing Cirebon is one of the causes (variable supporters) why then Cirebon city holds a guardian.

Third, the existence of the tomb of trustees of God on Mount Sembung-Gunung Jati and 4 palace
Strong evidence (although it remains as a variable support) to more convincingly why Cirebon named “Kota Wali” is the existence of the tomb of trustees of God in the cemetery of the kings Cirebon Mount Sumbung and Gunung Jati. As well as still standing 4 palace (Kasepuhan, Kanoman, Kacirebonan and Keprabonan), dwelling descendants of kings Cirebon.

Disappointed with the nickname Cirebon Kota Ti ** ng

In the midst of the existence of the name "KOTA WALI" suddenly appeared Cirebon "kota tilang". 
It's sad, just because the act of the police and the makers of "meme irresponsible", then maintainability good name of the ancestor for this city smears.

As the wound, whether the wound is quite large or small depending on the view it.

For the blogger community Cirebon (Rebon), who daily intensive campaigning with something positive Cirebon, look bad nickname this is something serious.

In my terms, Cirebon blogger community are learning care for the name “Kota Wali”.


Right now they are celebrating the anniversary (Milad 3 Community Blogger Cirebon, there was a big event in May - June 2016). With the support of CSI (safe investment, prospective and profitable), Smartfren (HPnya generation 4G in Cirebon), and Aston (best hotel in Cirebon and Indonesia). Hopefully continue to bring a positive thing for the city of Cirebon.

You Might Also Like

0 comments